Manual Book


Suatu hari kita membeli sebuah barang baru hasil teknologi tercanggih yang belum banyak ada di pasaran. Pembelian barang itu disertai sebuah buku panduan, manual book, yang berisi segala hal tentang barang tersebut. Ada cara pakai, peringatan, komponen-komponen, dan banyak lagi.

Pertanyaannya ialah, sebagai seorang awam, mendapati sesuatu yang asing namun disertai dengan sebuah buku panduan, mana yang lebih dipercaya: buku panduan dari produsen yang membuat barang itu atau insting naluriah saja?

Seringnya, ada beberapa instruksi dalam manual book yang kadang tidak kita pahami alasannya. Misalkan barang itu tidak boleh kena matahari langsung padahal barang ini tertutup rapi oleh kemasan. Di titik-titik seperti ini, mana yang kita percaya: wawasan dan logika kita saat itu atau instruksi di manual book?

Kebanyakan kita akan memilih instruksinya. Meskipun tidak selalu paham apa maksudnya dan kenapa. Tapi kita hanya percaya saja pada yang membuatnya. Toh yang paling tau dia. Kalau dilarang untuk A, pasti karena B. Kalau disarankan untuk C, pasti karena D. Dan kalau itu tidak diikuti, yang ada pasti “misuse” atau salah penggunaan. Barangnya jadi rusak atau hancur. Kalau kita cukup cerdas, lebih baik memilih taat pada manual book dari pada resikonya barang jadi rusak tadi.

Sederhana saja. Kalau kehidupan ini barang asing yang seringnya tidak kita pahami, yang harus dilakukan tentunya mengikuti “manual book” yang dibuat sama “penciptanya”. Karena memang Dia sebagai desainer yang paling paham. Kalau ada instruksi di “manual book” ini yang tidak diikuti, tinggal soal waktu sampai ada yang tidak beres dengan “barang” kehidupan ini. Kalau ada instruksi yang mungkin kita kurang paham alasannya, ya diikuti saja. Toh instruksi itu dibuat pasti supaya si empunya selamat. Itu saja prinsipnya.

Leave a comment